Manusia hanyalah segenggam tanah. Kemuliaan apapun yang diterima manusia berasal dari kelembutan dan perhatian Tuhan Mahasuci dan Mahakudus. Manakala Dia memberi, Dia memberi karena kemurahan-Nya sendiri semata-mata, bukan karena engkau layak menerimanya. Dia memberi karena kedermawanan-Nya, bukan karena engkau sujud kepada-Nya. Dia memberi melalui anugerah dan rachmat-Nya, bukan karena amal-amal kebaikan yang engkau kerjakan. Dia memberi karena Dia adalah Tuhan, bukan karena engkau tuan tanah
Allah melahirkan sebab bagi segala sesuatu yang ada dan menciptakan serta merancang seluruh makhluk. Dia benar-benar tunggal dan satu dalam segala hal. Karenanya, suatu kebijakan (kearifan) tidak membiarkan segala sesuatu harus berbentuk tunggal dalam segala hal, pun tidak pula segala sesuatu itu mesti berbeda dalam setiap hal. Sebaliknya, segala sesuatu mesti berbentuk tunggal dalam materi dan banyak dalam bentuk. Selain itu, suatu kearifan tidak juga membiarkan segala sesuatu mempunyai bentuk dua, tiga, empat, lima, enam, dan sebagainya. Sebaliknya, keadaan yang paling bijaksana dan benar bagi segala sesuatu adalah sebagaimana adanya seperti sekarang ini dalam jumlah dan ukuran. Inilah kebijakan paling tinggi dan tatanan yang benar. Dengan kata lain, sebagian hal bersifat dua, sebagian tiga, empat, lima, enam, dan seterusnya.
Penyingkapan keindahan adalah tempat dimana segenap ruh terjarah melalui kasih sayang, kerinduan, dan cinta. Melaluinya kaum arif diberi kemampuan melakukan perjalanan menembus sifat-sifat itu dan tetap berada dalam visi keabadian dan kebakaan. Kaum arif mengatakan: "Kedudukan penyaksian keindahan menuntut kemabukan, ekstase, dan gejolak."
Visi keagungan adalah kedudukan dimana orang-orang terpilih dikuasai oleh rasa takut, kengerian, ketersimaan, dan ketakziman. Kaum arif mengatakan, "Visi keagungan mengacaukan segenap ruh, dan membuat bingung raga."
Keakraban dan keterkaguman adalah dua keadaan yang dialami oleh kaum darwisy yang tengah menempuh jalan menuju Zat Mahabenar. Keduanya itu adalah sebagai berikut:
- Manakala Zat Mahabenar mengungkapkan diri-Nya pada kalbu sang hamba melalui saksi keagungan, maka bagian yang diperoleh dalam hal itu adalah keterkaguman.
- Manakala Dia mengungkapkan diri-Nya pada kalbu sang hamba melalui saksi keindahan, maka bagian yang diperolehnya dalam hal itu adalah keakraban
Sementara orang-orang yang akrab bergembira dalam keagungan-Nya. Ada perbedaan antara sebuah kalbu yang disulut api cinta karena keagungan-Nya dan sebuah kalbu yang bersinar dalam cahaya penyaksian karena keindahan-Nya.
Ya Kamal, Yang Maha Sempurna. Perjumpaan kita adalah perjumpaan menuju Yang Sempurna. Karena setiap perjumpaan kita adalah matarantai spiritual, dan mencakup semua hal yang berlawanan, dan melahirkan keteguhan dalam setiap perubahan.
Ya Jalal, Yang Maha Agung. Keagungan hati kita seperti samudra cinta, mampu menenggelamkan keluh-kesah dan berjalan dari ketakjuban menuju ketakjuban yang lebih besar. Sehingga tak kita palingkan sejenakpun wajah kita pada hal lain, selain wajah Allah.
Ya Jamal, Yang Maha Indah. Keindahan menaklukkan segala kejahatan. Perjumpaan kita adalah keindahan yang hanya menuju pada Keindahan Sejati, Sang Pengukir jasad fisik maupun jasad ruh, yang di dalamnya Ia tanam seribu bunga mawar.
Ya Kohar, Yang Maha Menguasai. Manakala hati kita dikuasai oleh Tuhan maka segala yang lahir dan yang batin tak ada bedanya. Ia disembunyikan agar tidak membakar orang yang memandangnya.
Ya Latif, Yang Maha Lembut. Al-baqa' ba'da al-fana', Keabadian sesudah kefanaan. Inilah kekekalan kita sesudah kefanaan. Kita menetap dalam Allah, tapi pergi kembali kepada makhluk dengan cinta, kemurahan, kehormatan, dan kemuliaan. Kita harus bekerja dan beramal di dunia supaya membimbing dan menyempurnakan mereka yang belum sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar